Review Novel Hujan

Pagi itu, saat kapsul kereta yang ditumpangi Lail melaju cepat, salah satu gunung meletus. Itu bukan gunung biasa. Itu gunung purba. Seperti terukir dalam catatan sejarah, betapa dahsyatnya letusan Gunung Krakatau atau Tambora. Tapi kali ini ledakan gunung purba itu lebih dahsyat daripada kedua gunung itu- seratus kali lebih dahsyat. Semaju apapun teknologi di muka bumi, tidak ada yang bisa mencegah kejadian itu. Bencana alam yang mematikan. Hujan gerimis membungkus kota. Lail tersengal, duduk di atas trotoar. Wajahnya pucat. Dia baru saja melewati kengerian yang tidak pernah bisa dia bayangkan sebelumnya. Lail, dia baru berusia tiga belas tahun. "Ibu..." Tapi saat Lail berdiri tegak, menyeka wajah yang kotor dan basah oleh air hujan, melihat sekitar, menatap kota, kengerian yang lebih besar terhampar di depan mereka. Kota indah mereka telah hancur oleh gempa bumi berkekuatan 10 skala Richter. "Anak laki-laki itu lebih dulu cekatan meyeret tubuh...